Samarinda – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berkomitmen untuk mengalokasikan anggaran sebesar Rp3,7 miliar dalam mengatasi kasus stunting di Benua Etam. Sekalipun angka prevalensi stunting di Kaltim ini masih lebih baik jika dibandingkan dari empat provinsi di Pulau Kalimantan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Kaltim Dapil Kota Samarinda Ananda Emira Moeis memberikan apresiasi terhadap berbagai langkah percepatan pencegahan kasus stunting di Bumi Etam.
“Tentu, berbagai langkah yang diambil pemerintah dalam mengentaskan stunting ini kita apresiasi,” ungkapnya, di jalan Kahoi RT 31, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda.
Terkait apakah anggaran sebanyak Rp3,7 miliar ini dapat menurunkan angka stunting secara maksimal. Nanda mengatakan, bahwa bukan hanya pemerintah provinsi saja yang konsen terhadap stunting. Namun, semua kabupaten/kota se-Kaltim turut ambil bagian dalam penanganannya.
“Kan, pastinya pemerintah provinsi melakukan kerja sama dengan pihak terlihat lainnya. Lalu masing-masing pemerintah kabupaten/kota juga bersama-sama bergotong royong menangani kasus stunting ini,” jelasnya, Minggu (26/3/2023).
Kendati demikian, ia mengingatkan jika kasus stunting ini tidak hanya dapat dituntaskan oleh pemerintah saja. Melainkan, seluruh elemen masyarakat juga harus terlibat. Salah satu contohnya, seperti ibu ataupun orang tua anak yang terkena stunting. Kemudian, dari pihak keluarga dan tetangga terdekat.
“Ibu, orang tua, keluarga dan tetangga yang ada disekitar harus ikut terlibat. Intinya, yang paling inti dulu yaitu keluarga. Saling bantu dan peduli memberikan makanan bergizi bagi anak,” terangnya.
Konsen pemerintah provinsi dan kabupaten/kota terhadap stunting ini harus menjadi perhatian semua pihak. Pasalnya, stunting berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Bumi Etam.
“Stunting ini menyangkut kualitas anak-anak generasi penerus bangsa, masa depan Kaltim dan Indonesia ada ditangan mereka. Tentu, ini juga menyangkut Indonesia Emas yang harus mempunyai SDM berkualitas bagus, harus dimulai dan ditata dari sekarang,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Nanda, juga memberi saran dan masukan pada pemerintah untuk membuat suatu program agar masyarakat bisa gencar memanfaatkan perkarangan atau halaman rumahnya, dengan menanam berbagai macam sayur-sayuran dan buah-buahan.
“Makanya saya suka di satu RT atau ibu-ibu dasar wisma itu ada yang masuk sebagai kelompok wanita tani. Diperkarangan atau halaman rumahnya itu, mereka menanam sayur dan buah. Setiap saya tanya apakah ini dijual, mereka jawabnya enggak, justru ini sarana perbaikan gizi bagi anak-anak kita,” paparnya.
“Namun jika ada kelebihannya, ya mereka jual. Disisi lain sebagai sarana perbaikan gizi, namun juga untuk meningkatkan pemasukkan mereka. Mereka ini contoh masyarakat yang kreatif. Makanya stunting ini harus jadi atensi banyak orang, nggak bisa pemerintah tok. Keluarga sendiri tok, nggak bisa. Jadi saya nggak ngomongin besarnya, saya ngomongin gotong royong semua pihak,” sambungnya.