Menu

Mode Gelap
Percepatan Penerapan SPBE, Diskominfo Kukar Launching Proper Lobiku Gelar Bimtek Sertifikasi TPP, Bupati Kukar Berharap Tidak Ada Lagi Desa Tertinggal Gelar Rakerkot, Wushu Samarinda Bahas Persiapan Porprov dan Program Regenerasi Atlit 56 tahun Jenderal Andap, Terus Berkarya Dan Berinovasi Pengukuhan PW KBB Jatim, Irianto Lambrie : Warga Banjar Harus Rakat, Kuat serta Bermartabat

Budaya · 13 Mei 2022 16:10 WITA ·

Mengenal Berbagai Kebudayaan Suku Banjar


 Rumah Adat Suku Banjar (Sumber: Wikipedia) Perbesar

Rumah Adat Suku Banjar (Sumber: Wikipedia)

Kaltim.press – Suku Banjar atau biasa disebut Urang Banjar, berasal dari wilayah Kalimantan Selatan. Sebagian dari suku Banjar juga berada di Kalimantan Tengah dan sebagian di Kalimantan Timur.

Populasi suku Banjar dalam jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara, dan Semenanjung Malaysia. Hal ini terjadi karena banyaknya migrasi orang Banjar ke Kepulauan Melayu pada abad ke-19.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, orang suku Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan, 1 juta orang Banjar tinggal di wilayah Kalimantan lainnya, serta 500 ribu orang Banjar lainnya tinggal di luar Kalimantan.

Sebagai salah satu suku terbesar di Indonesia, suku Banjar memiliki karakteristik kebudayaan. Pelembagaan budayanya merupakan produk dari pengadaptasian, pengasimilasian dan pengakulturasian dari budaya dasar suku Banjar pribumi dengan kebudayaan Hindu, Budha serta Islam. Oleh sebab itu, dalam setiap bentuk adat istiadat yang ada dalam tradisi suku Banjar, akan selalu bisa dijumpai hasil dari perpaduan nilai-nilai budaya dasar tersebut. Inilah beberapa adat atau kebudayaan suku Banjar yang menunjukkan ciri khas sistem budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat suku Banjar :

Rumah Adat
Rumah adat suku Banjar yang terkenal adalah “Bubungan Tinggi”. Pada zaman dahulu, Bubungan Tinggi merupakan rumah adat khusus keluarga kerajaan, namun seiring perkembangan kemudian diadopsi oleh masyarakat Banjar secara umum yang kemudian menjadi ikon kebanggaan suku Banjar. Disebut “Bubungan Tinggi” karena konstruksi bangunan rumah memiliki bagian yang menjulang lancip ke atas. Secara umum “Bubungan Tinggi” terdiri dari beberapa konstruksi ruangan, yaitu :

Pelatar
Pelatar merupakan ruangan yang ada pada bagian paling depan rumah. Biasanya terdapat setelah menaiki tangga rumah.

Paciran
Paciran merupakan ruangan penghubung. Paciran terbagi menjadi paciran dalam dan paciran luar. Biasanya paciran ini digunakan sebagai ruang untuk menyimpan peralatan pertanian atau pertukangan.

Panampik
Panampik merupakan ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk menerima dan menjamu tamu yang berkunjung.

Palindangan
Palindangan merupakan bagian ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk beristirahat dan tidur.

Padapuran
Padapuran berada di bagian paling belakang rumah dan berfungsi sebagai tempat untuk memasak maupun menyimpan berbagai perabot memasak.

Kesenian Adat
Tarian
Secara historis tarian banjar terbagi kedalam dua bentuk pola, yakni pola seni tari yang dikembangkan di wilayah lingkungan keraton kerajaan dan pola seni tari yang dikembangkan oleh masyarakat. Nama seni tari yang dikembangkan dalam lingkungan keraton selalu diawali dengan nama “Baksa”, contohnya seperti tari Baksa Kembang, tari Baksa Panah, serta tari Baksa Dadap. Baksa sendiri memiliki makna arti kehalusan gerak dalam tarian. Sedangkan tari yang dikembangkan masyarakat salah satunya adalah tari Radab Rahayu yang biasanya disajikan dalam upacara adat pernikahan. (Baca juga : Budaya Indonesia yang Mendunia)

Tarian yang berkembang pada masyarakat Banjar sedikit banyak mengadopsi bentuk tarian tradisional Jawa, sehingga lebih nampak seperti tata tari Jawa yang kalem, pelan, dan luwes daripada tata tari yang rampak, cepat dan keras seperti tarian tradisional Sumatera maupun tarian tradisional papua. Tarian yang dikembangkan oleh suku Banjar merupakan bagian dari tarian tradisional Indonesia yang patut untuk dilestarikan.

Teater
Seni teater yang dimiliki oleh suku Banjar biasa disebut dengan “Mamanda”. Mamanda merupakan sejenis teater rakyat yang menyuguhkan setting kerajaan melayu Banjar. Setting kerajaan melayu nampak kental pada teater Mamanda karena seni teater ini pada mulanya berasal dari warga Melayu yang datang ke tanah Banjar. Karena kemenarikannya kemudian kesenian ini diadopsi oleh masyarakat asli suku Banjar. Selain unsur hiburannya, keberadaan Mamanda di tengah-tengah masyarakat suku Banjar juga memiliki kegunaan lain sebagaimana fungsi seni pertunjukan.

Musik
Kesenian musik yang hidup dalam tradisi suku Banjar adalah “Gamelan Banjar”. Seni gamelan banjar hampir serupa dengan seni gamelan yang ada pada suku Jawa. Perangkat alat musik yang digunakan pun sama seperti gong, kendang, sarun, kanung, kangsi, seruling dan selainnya. Seni Gamelan Banjar pada zaman dahulu merupakan pertunjukkan wajib yang ada pada lingkungan kerajaan, namun pada acara-acara adat tertentu, seni Gamelan Banjar juga sering dipentaskan. (Baca juga: Teknik Dasar Pencak Silat)

Tradisi Lisan
Kesenian lisan suku Banjar biasa dikenal dengan seni “Madihin”. Madihin sendiri berasal dari serapan bahasa Arab yang artinya nasihat. Seni Madihin merupakan seni berpantun atau bersyair yang memiliki rima-rima tertentu dan biasa disajikan dengan cara bersaut-sautan antar satu pamadihin (sebutan bagi seniman madihin) dengan pamadihin lainnya. Dalam satu pementasan biasanya terdapat 2 – 4 orang pamadihin yang saling unjuk kebolehan. (Baca juga : Teknik Dasar Seni Peran)

Upacara Adat Pernikahan
Basasuluh
Basasuluh merupakan kegiatan untuk saling mengenal antar calon mempelai. Kegiatan ini seperti tradisi ta’aruf dalam Islam dimana mempelai pria yang didampingi oleh keluarga berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai calon yang ingin dinikahinya. Bila kedua calon telah mendapatkan informasi satu sama lainnya dan merasa cocok maka bisa dilanjutkan dengan upacara badatang. (Baca juga : Kebudayaan Papua)

Badatang
Badatang merupakan kegiatan dimana mempelai pria dan beserta keluarganya mendatangi keluarga calon mempelai wanita yang ingin diperistri. Tradisi badatang hampir sama dengan tradisi lamaran. Calon mempelai pria dan keluarga menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminang calon istri. Di dalam acara badatang kemudian akan ditetapkan pula waktu untuk melaksanakan pernikahan.

Nikah
Acara nikah suku Banjar biasa disebut juga dengan ‘Meantar Jujuran’. Pada acara nikah, mempelai pria dan mempelai wanita dinikahkan sesuai dengan hukum agama yang berlaku. Bila calon mempelai beragama Islam maka pernikahan dilakukan sebagaimana hukum pernikahan dalam Islam dengan menghadirkan penghulu, mahar, ijab qabul dan juga saksi-saksi.

Batimung
Batimung merupakan upacara mandi uap yang dilakukan oleh pengantin pria dan pengantin wanita. Biasanya dilakukan 3 hari sebelum upacara pernikahan dan resepsi pernikahan. Upacara mandi uap dilakukan untuk menguras keringat kedua calon agar lebih bersih dan wangi, sehingga ketika nanti tiba waktu persandingan, kedua mempelai pengantin tidak akan mengeluarkan keringat lagi.

Badudus
Tradisi badudus adalah kegiatan mandi kembang yang dilakukan oleh mempelai wanita. Mirip seperti tradisi siraman pada masyarakat suku Jawa. Tradisi badudus dilakukan pada pagi hari sebelum acara persandingan. Mempelai wanita dimandikan dengan air yang telah dilengkapi dengan berbagai macam taburan bunga. Pada saat tradisi badudus ini pula dilakukan tradisi yang namanya Belarap, yakni tradisi mencukur dan membentuk rambut pengantin wanita.

Batapung Tawar
Upacara Batapung Tawar dilakukan bersamaan dengan upacara badudus. Upacara batapung tawar dilakukan sebagai bentuk penebusan atas berakhirnya masa perawan dari seorang wanita yang akan menikah. Dalam upacara batapung tawar disediakan berbagai perangkat yang melambangkan keperluan pokok rumah tangga. Diantara perangkat yang disiapkan adalah seperti beras, kelapa, gula merah, ayam, telur ayam, pisau, lilin, uang koin (receh), jarum dan benang, sirih, rokok daun dan berbagai rempah-rempah dapur. Masing-masing perangkat memiliki kandungan makna filosofisnya sendiri-sendiri yang menggambarkan makna kehidupan berumah tangga. Berbagai perangkat tersebut dimasukkan kedalam sebuah keranjang yang kemudian diserahkan kepada tetua adat kampung yang memimpin jalannya upacara badudus.

Walimahan
Upacara walimahan merupakah acara resepsi atau pesta pernikahan yang dilaksanakan oleh keluarga pengantin dengan mengundang sanak keluarga dan kerabat untuk memberikan restu kepada pengantin. Pada acara walimah suku Banjar, kegiatan gotong royong sangat kental terasa. Dalam tradisi mereka, tuan rumah penyelenggara resepsi tidak diperbolehkan untuk mengurus kepanitiaan pernikahan, para tetanggalah yang kemudian secara gotong royong membentuk semacam kepanitiaan guna mengurusi segala macam keperluan pesta pernikahan yang akan diselenggarakan, mulai dari kebutuhan tenda, sajian kesenian, sajian makanan bagi para tamu undangan dan berbagai urusan dan kebutuhan pesta lainnya.

Petataian
Petataian merupakan kursi dan hiasan pelaminan khas Banjar yang disiapkan sebagai tempat pengantin untuk menerima para tamu undangan. Petataian biasanya diberi hiasan dibagian belakang kursi pengantin maupuan di sisi kanan dan sisi kirinya, seperti hiasan ornamen kain, maupun gucci dan tanaman sebagai pemanis dan pengindah pelaminan.

Batataian
Batataian merupakan kegiatan puncak pernikahan. Pengantin pria dan wanita bersanding di kursi petataian dan kemudian keduanya menerima para tamu undangan. Namun sebelum pengantin menerima tamu undangan biasanya didahului dengan upacara sujud pada orang tua serta makan bersama, baru kemudian pengantin diarak untuk duduk di petataian.

Artikel ini telah dibaca 176 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Berkunjung Ke Kejari Samarinda, PW KBBKT Silaturahmi Dan Bahas Sinergitas Penegakan Hukum

23 Februari 2023 - 07:38 WITA

Pengukuhan PW KBB Jatim, Irianto Lambrie : Warga Banjar Harus Rakat, Kuat serta Bermartabat

12 Juni 2022 - 16:02 WITA

Trending di Budaya